Calistung Pada Anak Usia Dini


Betapa bangganya jika orang tua memiliki anak yang sudah pintar dalam Calistung pada usia mereka yang masih dini. Namun, seandainya orang tua memahami bahaya di balik itu semua tentu tidak akan gampang membiarkan anak-anak mempelajari calistung di masa usia emas mereka.

Masa usia emas anak atau yang sering disebut Golden Age (0-3 Tahun), merupakan masa anak mengalami masa pertumbuhan otak yang pesat selama seribu hari di usia mereka. Oleh karena itu, sebagai orang tua disamping memberikan pendidikan yang terbaik di usia mereka juga harus memberikan asupan makanan bergizi untuk mereka. Orang tua jangan hanya ingin meningkatkan gengsi dengan menyekolahkan anak supaya bisa calistung di usia belia anak mereka tapi asupan makanan hanya dipercayakan pada pengasuhnya. Orang tua sibuk bekerja, dan mempercayakan sepenuhnya asupan gizi pada pengasuh semata. Orang tua tetap harus mau mengontrol setiap makanan yang diolah oleh pengasuh karena ternyata, kekurangan asupan bergizi pada usia emas buah hati kita tidak akan bisa diperbaiki.

Pengenalan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada anak usia dini seharusnya tidak diajarkan. Hal itu didasarkan pada, masa anak-anak yang penuh dengan kegiatan bermain. Masa bermain anak-anak merupakan masa di mana anak-anak itu beraktifitas dan bersosialisasi dalam lingkungan sesuai dengan usianya.

Tidak dipungkiri, ternyata fenomena anak pintar dalam calistung di usia dini sudah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat Indonesia secara umum. Banyak orang tua yang cemas ketika anaknya belum bisa membaca, menulis, dan berhitung. Betapa banyak orang tua yang segera mengajak anak-anaknya untuk belajar calistung. Orang tua pun rela membayar mahal supaya anaknya bisa mempelajari calistung. Orang tua akan rela membelikan anak-anaknya buku untuk anak bisa segera bisa menulis, membaca dan menghitung meskipun usia mereka masih dini. Semua itu memang terjadi atas dasar kekhawatiran orang tua terhadap kemampuan anak dan pendidikan mereka selanjutnya. Misalnya kekhawatiran mereka dengan sekolah yang mengharuskan anak-anak bisa calistung sebelum masuk SD. Calistung menjadi momok yang menakutkan bagi orang tua karena jika anak-anaknya masuk SD sudah harus bisa calistung.

Seharusnya, orang tua lebih memahami setiap perkembangan anak-anaknya sesuai dengan tahapan usia mereka. Pengenalan calistung tidak diperkenankan diajarkan secara langsung sebagai pembelajaran kepada anak-anak di taman kanak-kanak. Calistung sebenarnya bisa dilaksanakan dengan melalui metode bermain pada anak-anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Namun, pembelajaran calistung tidak selamanya menjadi hal yang tabu bagi anak-anak usia dini, hanya saja orang tua harus kreatif dalam mengajarkannya. Orang tua jangan hanya fokus pada keberhasilan mengajarkan calistung pada anak mereka tetapi pada cara mentransfer calistung pada anak-anak.

Orang tua harus membuat berbagai variasi dalam mengajarkan calistung untuk anak mereka. Stimulus yang tepat sangatlah penting. Semua diawali dengan sensor motorik anak, orang tua dapat melatih anak untuk bisa menggunakan sensor motoriknya dengan baik. Misalnya orang tua bisa melatih dengan cara bermain tanah liat, cat, memindahkan benda-benda kecil (beras, pasir, payet, air, dll) semua cara itu bisa dilakukan dengan menggunakan sendok atau dengan tangan mereka sendiri. Dengan melatih sensor motorik mereka, diharapkan anak-anak akan mahir dalam menggenggam. Selanjutnya anak akan mahir dalam menggambar, menulis.

Kegiatan itu pun tidak hanya sebatas pada sensor motorik anak-anak. orang tua pun bisa melatih dengan kegiatan bersosialisasi atau berbelanja. Semua kegiatan itu dapat melatih anak dalam menentukan sikap, minat, dan bakat mereka. Kegiatan bersosialisasi misalnya, melatih anak untuk bisa bertutur kata yang sopan, bersikap yang baik di depan orang lain. Sedangkan kegiatan berbelanja mengajarkan anak mengenal nilai uang, jenis barang, harga barang, kembalian. Pada dasarnya kegiatan itu mengajarkan anak untuk memahami bahwa jika menginginkan sesuatu, maka ada proses yang perlu dilakukan. Misalnya ketika anak menginginkan mainan maka ia akan menabung.

Dengan demikian, calistung pada anak usia dini sebenarnya tidak tabu.  Hanya saja orang tua harus kreatif dalam melaksanakan prosesnya, orang tua hrs memahami bahwa usia dini anak adalah masa mereka bermain. Orang tua harus bisa memahami proses pengenala calistung dengan metode bermain.

Jangan bangga jika anak pintar calistung di usia belia mereka, banggalah jika kita sebagai orang tua mampu melaksanakan proses calistung dengan metode sesuai usia mereka. Bukan hanya hasil yang kita harapkan, tetapi mulailah dengan prosesnya dahulu.

Komentar

Postingan Populer